Selasa, 19 Januari 2016

Takdir dan Kehilanganmu.

Embun pagi memang tidak perlu warna untuk membuat daun jatuh cinta, tapi sayangnya daun juga tidak punya kuasa untuk mendekap embun terlalu lama. Bagian yang paling mudah dari melupakan adalah tidak lagi mengingat. Namun, bagian paling sulitnya adalah tidak lagi merasakan.

Sisa hujan dan kehilangan yang entah. seseorang yan memesan kerinduan dalam secangkir kopi. Kamu hanya rindu cahaya saat gelap, rindu pulang saat tersesat dan rindu dicintai saat ditinggalkan, itu kamu.

Kepadamu, aku memang ada maunya, mau sekali. Kau yang membantuku mencintai diri sendiri dan apapun kenyataan hidup yang kelak aku punya. Bedanya aku dengan lainnya, mereka ingin kamu bahagia. Setidaknya aku hanya ingin kamu benar-benar merasa hidup.

Andai mampu ku putar jarum jam, aku ingin kita bertemu. Jauh sebelum takdir menuliskan kehilangan, dan kita kehabisan waktu. Jarum jam patah, tetapi takdir tidak akan berubah. Waktu tetap berlalu, dan kita tak ada lagi kau dan aku.

Mari berpikir tentang kesialan, kau yang tak bisa benar-benar aku hilangkan, aku yang tak mampu kau lupakan, namun takdir memisahkan. Diri ini sudah tak lagi berduka, kepergianmu sudah ku tafsirkan sebagai takdir.

Ada kita dalam setiap sajak-sajak orang kehilangan. Seingatku, kau pernah menitipkan nafasmu pada puisi-puisiku, namun sejak saat itu hanya ada luka di ujung alinea. 
Jalan kecil berpasir menuju pantai, bau arak dan hiruk-pikuk musik malam, genggaman hangat dan kelelahan kita, masih kau ingat? Ingatan-ingatan tentang kau, kita dan luka. Lalu sajak paling sepi, ada.

Aku memeluk ingatan, kau mendekap kenangan, luka berputar tanpa usai, rindu hanya berupa sajak yang tak pernah usai. Kau, datanglah dalam ingatan, sebagai kerinduan atau kehangatan. Atau apapun selain kehilangan dan kesedihan.

Beberapa kehilangan mungkin akan kembali dipertemukan, sebagian luka akan dihilangkan, tetapi tidak ditempat yang sama. Mari, luangkan waktu sejenak untuk rayakan perpisahan bersama dua cangkir kopi, paling tidak ada sedikit rasa manis yang nanti kita simpan. 

Berjanjilah satu hal padaku, jika aku tak kunjung menemukanmu. Maka, temukanlah aku. Namun, aku tak kunjung menemukanmu, kau yang mencariku, takdir sedang senang melucu.




withLove, 
hiksyanisanie