Minggu, 14 Agustus 2016

LDR (Long Distance Relationship)

Jomblo sama LDR itu beda tipis, bedanya kalo jomblo bisa nyari pacar, tapi kalau LDR harus setia sama yang namanya handphone (Raditya Dika, dalam Kambing Jantan).

Entah kenapa tiba-tiba inget sama quote itu. LDR atau dalam Bahasa Indonesia-nya dikenal dengan hubungan jarak jauh udah bukan hal asing lagi dalam jagat percintaan kawula muda masa kini. 

Rasa-rasanya nggak sedikit pasangan yang “terjebak” dalam hubungan tipe ini.
Banyak orang yang kontra dengan LDR. Mulai dari rawan bosen, rawan curiga, rawan selingkuh, sampai yang paling ekstrim rawan ditinggal nikah adalah alasan-alasan paling favorit yang digunakan tim kontra LDR untuk mengatakan bahwa LDR adalah hubungan yang amat sangat tidak disarankan.

Saya sendiri adalah salah satu pelaku LDR. Berarti saya tim pro LDR? Bukan. Saya sangat setuju dengan tim kontra LDR yang sejak awal sudah menjelaskan kepada saya apa saja resiko yang akan saya hadapi ketika saya memilih untuk LDR dengan pasangan saya. Mereka benar-benar benar. Namun selayaknya informed consent yang digunakan oleh tenaga medis untuk meminta persetujuan tindakan kedokteran, saya pun telah menyetujui segala resiko yang akan saya hadapi ketika saya memutuskan untuk tetap bertahan pada hubungan ini. 

Apakah resiko-resiko itu benar-benar terjadi? Jawabannya, ada yang iya, dan ada yang tidak.

Jadi, ketika kamu akan menjalani LDR, coba pikirkan kembali. Seberapa siap kamu menanggung segala resikonya. Seberapa kuat kamu menahan ajakan makan atau jalan berdua dengan teman lawan jenismu. Seberapa tangguh kamu untuk melakukan hal-hal di luar batas kemampuanmu tanpa meminta pertolongan teman lawan jenismu. 
Seberapa setia kamu melawan kata bosan. Dan seberapa sanggup kamu untuk bertahan di hubungan kamu.

Ketika kamu merasa tidak siap untuk LDR, saya sangat tidak menyarankan untuk melanjutkannya. Tapi yang perlu diingat, ketika kamu sudah terlanjur “terjebak” di dalam tim pejuang LDR, percayalah, jarak tak lebih dari ujian dimana kesetiaan adalah indikator kelulusannya. Nggak ada ujian yang nggak bisa ditempuh, bukan?

-----
14 Agustus 2016, dari 2000 km jauhnya yang aku sebut, cinta.



with Love, 
hiksyanisanie

Senin, 01 Agustus 2016

Kabarkan Rinduku Dengan Doamu

Pada perpisahan kita yang sementara;

daun-daun gugur untuk menghijaukan kembali warnanya 
barangkali, 
mereka semacam kita; 
agar segalanya tetap terjaga

pada perpisahan kita yang sementara;

sajak-sajak cinta menjadi peta untuk kerinduan kita
 meski hanya sebatas kata; 
namun sebab itulah kita saling menjaga cinta

pada perpisahan kita yang sementara;
sesungguhnya, cinta tidak bergerak ke mana-mana 
selalu berdegup di sudut dada

pada perpisahan kita yang sementara;

hari-hari menjadi lebih panjang terasa
, 
hingga layar ponsel menjelma pintu sua bagi kita

pada perpisahan kita yang sementara;

aku kembali menjadi kunang yang menghampiri jendela kamarmu 
dan kau, tetap menunggu hingga dipejamkan malam yang bisu

Kepada kamu, terlalu banyak hal-hal yang bisa kita jadikan sajak 
tapi, semuanya takkan cukup untuk menggantikan ruang dan jarak

Kepada kamu, jika telah tiba di kotamu; lekas, kabarkan rinduku dengan doamu.





withLove,
hiksyanisanie