Senin, 25 Agustus 2014

R.I.P KITA 14 September 2012 - 6 May 2014

sebut saja aku sering berlebihan dalam mengungkapkan sesuatu, entahlah mungkin inilah yang menjadi kebiasaan buruk (katamu) yang harus ku ubah menjadi lebih sederhana, agar kelihatannya tidak terlalu rumit. menulis adalah caraku mengungkapkan, dan salah satu hal yang terberat adalah ketika aku kembali menulis tentang KAMU, yang tidak lagi menjadi KITA. entahlah, perlahan semuanya terasa berat, tentu saja. KAMU yang dulunya menjadi bahanku untuk bercerita dan menuliskan apa saja. imajinasi yang terbentuk saat memikirkanmu, terlalu liar. aku bebas menceritakan apapun. berbeda dengan malam ini, semuanya kosong. kosong entah kemana perginya. tak kutemui lagi imajinasi yang membuatku bebas bercerita. mungkin hari ini aku hanya harus sedikit mencari bahan tulisan lain, selain KAMU.

sedikit kembali ke beberapa belas bulan yang lalu...
dengan susah payah, tertatih-tatih menemukan huruf demi huruf, menerka-nerka disetiap hati yang menawarkan, namun ternyata di dirimu aku menemukan huruf itu, lengkap dan utuh sehingga aku mampu merangkai K.I.T.A. yang tidak hanya sekedar kata, namun paparan jelas menggambarkan KITA. kini disudut ruangan ini, aku kembali tertatih-tatih, tapi kali ini dengan susah payahnya aku memporak-porandakan susunan kata itu. entah mungkin banyak orang bertanya, apa maunya? kini aku harus bertanya kembali padamu, apa maumu? 

ketika kehadiranmu, kemudian hanya untuk mengajariku bagaimana caramu pergi? Oh Tuhan, bolehkan aku berkata "ini kejam, Tuhan" terlalu kejam, mungkin aku tak mampu ataukah enggan melaluinya? kau datang terlalu singkat, lalu kau pergi dengan begitu cepatnya. hari ini ketika aku menulisnya, aku sedang duduk sendirian di kedai kopi di salah satu mall di kota ku. mengapa aku memilih tempat ini? entahlah....tapi aku berfikir karena kita berdua belum pernah duduk berdua di sini. tidak seperti beberapa kedai kopi di mall ini, kita hampir sering duduk berdua, atau sekedar menemanimu mengulas foto-foto koleksimu. tahukah kamu sayang, hal yang paling membuatku merasa kamu bahagia berada disampingku adalah ketika kamu duduk sendiri didalam duniamu, sambil mengutak-atik foto di layar laptopmu. iyah itulah kesenanganku yang paling nyata, ketika aku dengan sesuka hati bersandar dibahumu. dan kau masih sibuk tenggelam di duniamu. hahahaha... kita pernah sedekat itu sayang...

19 bulan, menurut kebanyakan orang sudah bisa dibilang cukup lama. tapi, tidak menurutku. meskipun aku menikmati setiap detiknya dengan kamu, aku mampu mempercepat waktu hanya dengan digengammu. terlalu kunikmati hariku (semoga kamu juga pernah merasakan itu). kedai kopi ini terdengar ramai sekali, sejujurnya. tapi aku membenamkan diri di depan laptop, menuliskan kenangan tentang kamu yang pernah menjadi KITA. 

dengan begitu sakit dan berat, aku mulai menata hari-hari tanpa melakukan kebiasaanku denganmu. ketika tak ada tempat untukku membuang waktuku, aku bisa saja berlari ke arahmu. meski hanya sekedar menontonmu sedang tertidur, senyum saat kau mengigau, atau mungkin saat kamu merasa tidurmu terganggu dengan kedatanganku, kamu bisa saja memelukku dalam  lanjutan tidurmu. sudah sejauh itu sayang, kita pernah bersama. tidakkah kamu merindukan caraku menghabiskan waktuku? atau hanya sekedar menemanimu kemanapun kamu pergi, aku tak pernah peduli dengan cuaca diluar sana, ketika kamu kebasahan karena hujan, akupun demikian. ketika kamu kepanasan dengan terik matahari, aku juga. tapi aku masih memelukmu erat dari bangku belakang. tak peduli saat itu kita naik motor, mobil bahkan angkutan umum sekalipun, kita pernah.

Lalu, kemudian bagaimana sekarang aku menjalani hari-hariku. Kemana aku menghabiskan waktuku. Karena semuanya terlalu sering bersamamu. Terlalu banyak yang kita berdua telah tuliskan setiap harinya. Dulu aku pikir ini akan berlangsung selamanya, makanya aku berani untuk melibatkanmu dalam perjalanan waktuku setiap saat. Namun, aku tak pernah menyangka kalau ternyata akan berakhir seperti ini kita berdua.

Keputusan terberat dalam hidup adalah ketika aku dihadapkan dengan kenyataan bahwa ternyata orang yang aku percaya setengah mati, yang aku sayangi dengan tulus, ternyata selama ini mengkhianati hati dan perasaanku. Sebulan lebih aku mencari, apa yang harus aku lakukan. Hatiku ingin bertahan sementara otakku menolaknya. Berperang dengan diri sendiri dalam menentukan langkah kakiku kemana harus berjalan hari ini. Berat sekali sayang, penyesalan adalah ketakutan terbesarku. Aku takut menyesal melepaskanmu, karena hingga saat ini aku masih membutuhkanmu, masih menginginkanmu dengan utuh. Sayang, sungguh hari ini aku ingin sekali dipeluk kamu, aku masih ingin kamu disini.
Semoga keputusanku hari itu tidaklah salah. Amin.

Kemudian, aku ingat seorang teman pernah berbagi cerita denganku. Betapa hancurnya hatinya ketika ia saat itu juga putus dengan pacarnya yang dia pacari selama 8 tahun. Hampir sama, pacarnya lebih memilih orang lain. "Gue gak ngerti apa maunya cowok. Mungkin mereka kurang bersyukur ya. Kita udah sama-sama dari nol, memperjuangkan banyak hal, mengorbankan banyak hal, tapi saat cowok udah berada di atas, punya semuanya. Dia malah milih buat nyari orang lain, buat menikmati hasil kerja keras gue dulu sama dia. Gak ngerti. Jatuhnya gue kasian banget ya."
Hanya berselang 3 bulan setelah mendengar curhatan itu, ternyata saya juga ikutan putus. Hampir sama sih penyebabnya. Apapun alasan dia ke saya, saya pikir itu semua hanyalah sebuah alibi agar saya segera mundur. Berapapun lama kita pacaran, berjuang dan berkorban sama-sama ternyata gak menjamin kita akan tetap sama-sama ketika salah satu dari kita berada dipuncak. Bisa saja kita memilih orang lain untuk menikmatinya diatas. Bukan dengan orang yang berjuang bersama kita.

Saya gak pernah nyalahin dia sedikitpun, mungkin emang sayanya aja yang selama ini kegeeran. HAHA. dia tidak pernah benar-benar dengan saya. Harusnya saya lebih jeli dan teliti dari awal. Dia adalah mimpi tertinggi saya yang akan terlalu sakit saat terjatuh.

Kepada kamu,
terimakasih atas 19 bulan yang begitu luar biasa.
maaf atas 19 bulan yang tidak sesuai dengan maumu.
maaf atas 19 bulan kesalahan yang pernah aku lakukan, aku tidak bermaksud.
terimakasih, kamu pernah menjadi bagoan-bagian penting dari kehidupanku.
sebelum bertemu denganmu, hidupku baik-baik saja. semoga setelah tidak denganmu, hidupku masih tetap baik. tidak ada yang bisa aku paksakan disini, tidak ada yang aku bisa perjuangkan disini, seperti katamu.
aku sudah pernah berjuang untukmu, aku sudah mengalah untukmu, semoga semuanya yang aku lakukan membuatmu bahagia dengannya. Amin.
terimakasih, karena kamu pernah membuatku berdoa dan bersujud di depan Ka'bah dengan menyelipkan namamu disana. :")

Jika suatu hari kamu membaca tulisan ini, dan kamu sadar kalau kamu susah salah menyakiti hatiku saat itu, kamu tahu bahwa aku sudah memaafkanmu sejak lama. Dan kamu tahu, saya tidak akan kemana-mana, rasanya masih sama. Kamu boleh datang kembali :')
Love you, AzK.


@hiksyanisanie



Tidak ada komentar:

Posting Komentar