Sabtu, 09 Agustus 2014

sebuah analogi cinta : Berdua.

Orang yang jatuh cinta itu keinginannya sederhana : berdua dalam cinta.
Cinta adalah hal yang termanis di dunia. Bibir bahkan bisa senyum terus sampai bengkak. Makan apa aja rasanya enak, dan tidur pun nyenyak. Tapi itu baru bagian dari rasa 'manis'-nya. 
Sedangkan ternyata, cinta masih punya banyak rasa. Kecut, saat menghadapi pacar yang cemberut. Asem, ketika dicuekin sama pacar dari pagi sampai malem. Atau pahit pas mergokin pacar....ah udahlah jangan diterus, nanti malah makin sakit. :p

Pilih mana, 'berdua untuk bahagia' atau 'berpisah dan terluka' ?

Kata orang-orang, buat yang baru patah hati, obat yang paling manjur adalah Move On. Kata temenku "sebaik-baiknya move on adalah jatuh cinta lagi". Tapi ternyata gak segampang mereka ngomong blablabla  soal move on. Ada beberapa orang yang 'berusaha' jatuh cinta lagi kepada orang lain, namun pada kenyataannya, mereka balik lagi sama mantannya. Kalo menurut aku sih, tipe orang kayak ini sih sebenarnya belom bener-bener move on. Mereka hanya mencari pelarian dengan orang lain sambil membohongi perasaan masing-masing. Kalo emang sama-sama masih sayang, kenapa harus pisah? kenapa gak berusaha untuk bertahan? Bukannya cinta itu menguatkan satu sama lain? Berjuang demi cinta dan orang yang kita sayangi adalah wajib hukumnya, bukan?

Kemudian, pada fase kamu udah mulai pacaran, 'jatuh cinta bikin mabuk kepayang' mulai mendominasi segala aspek kehidupan kamu. Jatuh cinta itu bikin manusia lupa, yang paling lumrah adalah ketika dua orang saling jatuh cinta, mereka akan melakukan hal-hal yang norak. Semua orang pasti pernah demikian, iya kan? Kalian awal pacaran juga gitu kan? Termasuk aku dan dia diawal pacaran, kalo kepikiran sih, masih bikin senyum-senyum geli sendiri. hehehe :p
Tapi sebagaimana noraknya kalian jaman pacaran, ternyata bagi sebagian orang punya pacar itu ada beberapa manfaatnya. Seperti aku, waktu itu dia pernah jadi alasan terbesar aku untuk semangat ngejalanin hari-hari, berharap setiap harinya bisa tertawa bahagia dengan dia. 
Dalam hubungan pacaran, kita juga gak bisa menghindar dari yang namanya pertengakaran. Malah bisa jadi alasanya adalah berasal dari hal-hal yang norak, iya gak? Termasuk kalo lagi suntuk, kemudian ngobrol ngalor ngidul bisa juga jadi pemicu pertengkaran, meski kecil dengan acara ngambek-ngambekan manja salah satu pasangan kalian. Tapi, obrolan-obrolan yang gak penting satu persatu berlalu, tetapi semuanya dilalui dengan satu hal yang penting bersama dia yang disayang.

Pernah berantem lumayan hebat gak? Aku sering, keseringan berantem karena hal-hal kecil kami berdua. termasuk masalah mantannya dia. Hahaha. Iyah, namanya juga cewek. Kalo masalah mantan itu udah garis keras sebenarnya yang gak boleh disangkut pautkan dihubungan kalian, kalo mau hubungannya sehat, sekecil apapun. Dan saking sayangnya juga kali, kebanyakan akunya yang selalu minta maaf. Aku orangnya paling gak bisa itu ada kata-kata "kamu yang dewasa dong, kayak anak kecil terus". kemudian dengan muka penuh rasa bersalah, meski kadang-kadang aku pikir, sepertinya aku gak salah-salah amat kok, tapi daripada berantemnya panjang, yaudah ngalah deh. Tapi minta maaf gak semerta-merta dia langsung baik dan maafin kita. Karena menurut dia, terkadang maaf aja gak cukup, harus ada tindakan lebih dan kesabaran dalam menantikan hasilnya, biar dia kembali senyum dan melupakan masalah.

Mengerti untuk dimengerti.
Pengertian berhubungan langsung dengan pengorbanan. Orang yang mengerti akan mengorbankan sesuatu dari dirinya untuk orang yang dia sayangi. Namun, kadang tidak berjalan seperti apa yang seharusnya, khususnya dalam hubungan manusia dengan manusia yang lainnya. Hubungan manusia dengan dirinya sendir saja kadang rumit. Serumit bingung dan bengong di jam makan siang karena gak tahu mau makan apa, dimana, dan pastinya...sama siapa.
Makanya hubungan antara dua manusia bisa lebih rumit lagi. Kadang pengorbanan dilakukan jauh lebih banyak, sedangkan manfaat yang dirasakan gak sesuai yang diharapkan. Perasaan aku memang butuh pengorbanan, dan itu sudah saya lakukan. Tetapi, sepertinya sudah kelewatan sehingga menyebabkan kamu berlaku seenaknya.
Perbuatan seseorang itu seperti cermin terhadap apa yang dia rasakan dan dia butuhkan. Sama seperti orang yang mengerti. Karena, sesungguhnya orang yang paling mengerti adalah orang yang paling butuh dimengerti.

Mungkin karena saat aku pacaran sama dia, keadaan dimana aku baru saja lulus kuliah dan sedang gak ada kesibukan. Makanya, kelihatannya aku sering 'ngintilin' dia kemana-mana. Padahal sebenarnya bisa saja sih, dia nolak kalo emang dia nggak nyaman dengan kehadiranku. Tapi kelakuannya juga tidak menunjukkan kalo dia merasa terganggu. Jadi aku memanggap, semuanya berjalan baik-baik saja.
Lalu kemudian, masa lalunya kembali datang. Mengisi kekurangan yang aku timbulkan. Tanpa sadar kalau itu adalah kesalahan. Ada dua cara mengatasi kekurangan seseorang. Cara yang baik : menerima. Cara yang buruk : menutupinya dengan kelebihan orang lain.
Kemudian, ini menjadi hal yang besar memicu kami untuk saling menjaga jarak. Awalnya niat untuk introspeksi diri masing-masing, kemudian dia terlalu menikmati kedekatan sambil bernostalgia kembali dengan masa lalunya. Mirip seperti orang sakit, tapi gak diobatin. Akhirnya sakitnya makin parah. Meski obat itu rasanya pahit, setidaknya obat punya niat untuk melakukan perbaikan, setelah perbaikan selesai semua akan enak lagi, kok. Sekeras apapun saya berusaha mempertahankan kamu hari itu, kamu tetap memilih untuk memalingkan muka. Karena yang dipertahankan saja bisa hilang, apalagi tidak.

Putus! Pilihan terakhir dan keputusan yang bisa jadi paling menyakitkan yang pernah saya ambil hari itu. Bagi beberapa orang putus itu bisa jadi hal yang menyenangkan, karena gak harus ngabarin atau nunggu kabar dari siapa-siapa dan merasa bebas.Kalo ketiduran, terus kebangun, gak panik minta maaf, blablabla. Namun sebagian lagi, putus itu menyedihkan! termasuk bagi aku, karena terlalu banyak kegiatan dan hal-hal yang sudah terbiasa dengan adanya dia. Dia bukan tipe cowok yang cerwet, lebih ke cuek. Tapi bukan berarti dia tidak memperhatikan sama sekali, dia hanya mengawasi. Ketika ada yang dia rasa menganggu dan tidak sesuai, dia pasti menegur. 
Masa-masa putus adalah masa-masa paling labil. Tadinya yang ngerasa plong karena udah lebih bebas, tapi beberapa waktu kemudian bisa saja merindukan kehadiran. Kondisi setelah putus juga adalah waktu yang paling tepat buat menyendiri, setelah itu biasanya yang terjadi adalah 'kangen'.

Move on itu seperti berlari, sehabis berlari. Ketika kita baru saja menyudahi satu sesi lari, diisi dengan mengerahkan segenap tenaga, melewati halang rintang, dan nggak jarang melompati jurang, kemudian lari itu harus terhenti. Benar-benar terhenti. Lalu supaya kita tidak berlarut-larut, kita dituntut untuk langsung berlari lagi. Bayangkan, rasanya baru saja berhenti, lalu harus berlari lagi. Dibutuhkan akselarasi yang begitu luar biasa. Makanya, terasa berat yang luar biasa juga. 
Banyak yang bilang, orang yang enggan sama yang baru disebut orang yang susah move on, susah move on bukan selalu berarti susah memulai dengan orang yang baru. Karena sebelum memulai dengan yang baru, orang yang baru putus harus melewati fase move on, yaitu menjalani hidup tanpa dia. Melewati hari-hari dengan melupakan kebiasaan-kebiasaan lama saat bersamanya. 
Dan, jujur saja untuk menghadapi fase ini saja saya sepertinya belum benar-benar siap. :"(
Sendiri berarti kebebasan......sampai datang waktunya kesepian. Dan semua yang indah, sia-sia kalau cuma "pernah".


Hidup ini tidak biasa dipisahkan oleh angka 'dua'. Misalnya saja, bagian tubuh manusia, kebanyakan ada dua. Mata, kuping, tangan, kaki. Padahal untuk berdua, nggak semudah itu. Segala yang berhubungan dengan manusia selalu rumit. 

Berdua bukan cuma tentang, "Mau gak kamu jadi pacar aku?", lalu dijawab "Mau". Berdua bukan cuma soal nanya "kamu udah makan belum?" setiap jam makan. Berdua bukan tentang ngomongin mau nikah dimana, konsepnya, punya anak berapa, namanya siapa. Tidak hanya itu.
Berdua itu soal mengalahkan gengsi demi orang yang kita sayangi. Berdua adalah mengalah tanpa merasa kalah. Berdua itu terlibat dalam perdebatan-perdebatan untuk menyamakan persepsi. Berdua adalah tidak setuju untuk menemukan jalan untuk setuju. Berdua adalah bicara. Berdua adalah bertemu. Berdua adalah menerima kekurangan. Berdua adalah....banyak hal.

Inilah yang selama ini aku coba untuk pahami, semenjak berpacaran dengan dia. Bahwa dalam sebuah hubungan, bukan hanya usaha untuk mempertemukan dua hati dan cinta. Ada hobi, pekerjaan, rutinitas sehari-hari, materi, waktu, tenaga, pikiran dan keluarga yang kita harus bagi berdua.
Urusan yang akan dihadapi berdua nggak akan pernah habis. Makanya, berdua itu berjalan beriringan. Dan yang paling penting, berdua adalah saling, bukan paling agar seimbang, tidak timpang.

Berdua itu seperti bermain judi. Pertama, kamu mengamati apa yang bisa dipertaruhkan melalui proses pendekatan. Bernegosiasi tentang apa saja yang bisa diambil keuntungannya, lalu memilih 'siapa' yang menjadi tempat kita menghabiskan semuanya, dan menerima hasilnya. Jika pilihan kita tepat, maka akan untuk besar. Ada yang perhatian, ada yang selalu ada, jadilah bahagia. Kalau nggak tepat, ya akan kehilangan banyak, dan nggak jarang harus berpisah, mencari lagi 'tempat mempertaruhkan semuanya'.
Ketika nggak bisa memenuhi satu saja dari hal-hal yang rumit itu, maka ada resiko yang harus diambil. Akibat ringannya adalah berantem, sebel-sebelan, adu argumen, sampai diem-dieman. Akibat yang lebih berat lagi adalah putus.

Meski kata orang 'hidup bukan hanya soal cinta', tapi aku yakin orang yang ngomong begitu adalah orang yang sedang itdak jatuh cinta, atau mungkins aja dia sedang denial baru saja putus cinta. Hidup bukan hanya soal cinta, tapi cinta adalah penggerak kehidupan.

Semoga kita bisa berdua.......dengan dia yang tepat adanya. 
:")

: dear kamu, saya rindu!

Selamat malam,
@hiksyanisanie_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar