Selasa, 28 April 2015

Rindu dan Kopi Yang Menjadi Candu

Barangkali kau sudah terlalu lama berada di dalam kepala,
seketika aku tak ingat lagi tentang ada luka yang harus aku lupa.
Kau tak ada, mungkin tak benar-benar ada.
Tapi sayangnya setiap pagi tetap kubaca, kau sudah menjelma dalam do’a.

Ada yang menumpang jatuh pada hujan, adalah rindu
Sesuatu yang memaksaku untuk menuliskan tentang kamu.
Malam sedang membagi-bagikan rindu, tapi kamu selalu tidur terlebih dahulu
Hari ini masih milik malam, sementara rinduku masih terpendam.

Pagi hari dan nyeri dada di sebelah kiri,
ah, rupanya semalam aku lupa untuk tidak mengingatmu lagi.
kopi sedang merayakan rinduku, rasanya pahit namun candu,
dan kusimpan senyummu di sela ampas kopiku, manis ku nikmati pahit ini.

Apakah rinduku sudah sampai? Semoga saja pak pos tidak lagi lalai.
Ada yang lebih pagi dari kopi, tentang ingatanku yang menempel pada do’a tiap hari
Mari kita sisihkan waktu untuk sama-sama merindu, dengan cara yang sama, dengan cara yang sederhana, lewat do’a di tiap pagi tiba.
Kepergian malam bersama bulan, kemudian matahari membawa pagi,
sepertinya begitu caramu datang.



love, 
hiksyanisanie

Tidak ada komentar:

Posting Komentar